Sabtu, 07 Januari 2012

WHEN I LOSE YOU [4]


Keadaan tak jauh beda pada jam istirahat. Celotehan ini itu masih saja kudengar, sialnya aku belum bertemu Ka Romi. Aku butuh dia sekarang, Aku bingung harus bersikap bagaimana. "Eh Ruby, lu beneran jadian sama Romi?" tegur Ka Sasya saat aku sedang membayar makanan di kios tempat aku membeli makanan. "Mati aku! Jawab apa nih?" ucapku dalam hati. Kalau aku jawab iya, berarti aku dan Ka Romi makin tersebar dong beritanya. Tapi kalau aku jawab tidak, sama saja aku mempermalukan Ka Romi di hadapan teman-temannya. Jadi kupikir jawaban terbaik adalah dengan tersenyum. "Yah kok senyum, gue butuh jawaban lu tau Rub" ucap Ka Sasya lagi. "Eh Sya, kenapa lu nanya gitu? Ngeraguin gue lu? Ya benerlah gue sama Ruby jadian" tiba-tiba Ka Romi datang dan menjawab pertanyaan Ka Sasya. Hufft untunglah, jadi aku tak pusing untuk menjawab apa. "Oh waw, beneran, long last ya" lanjut Ka Sasya. "Ka Romii, parah lu ah" rengekku padanya. Ka Romi cuma mengangkat kedua alisnya. "Gue harus jawab apa nih kak kalo ada yang nanya lagi? Ngga lucu kan kalo gue jawab engga tapi lu nya bilang iya?" ucapku. Ka Romi menghela nafasnya, "Pokoknya lu harus jawab iya. Kalo lu jawab engga, sama aja lu bikin malu gue" pinta Ka Romi. "Iyaa ka, gue juga udah sempet mikir gitu. Tapi kalo begini semuanya nge cap kita pacaran tauu! Sotoy banget lu kak" keluhku. "Yaudah, pokoknya yang terpenting lu jawab iya kalo ada yang nanya. Gue akan selesain ini berita deh, tenang Rub" ucapnya sambil tersenyum padaku. Gawd, mengapa jadi begini sih? Aku dan Ka Romi?

Aku sampai di rumah, lelah sekali aku hari ini, lelah akan pertanyaan tentang Ka Romi, lelah akan celotehan ini itu. Salah Ka Romi juga kenapa jadi anak tenar di sekolah itu. Namun sore ini aku tetap semangat, karena sebentar lagi papa dan mama akan pulang. Ya, papa dan mama akhirnya sampai di rumah, kusambut mereka, kupeluk papa dan mama, sudah lama sekali aku tidak memeluknya. terlihat jelas ada kegembiraan dari mata papa dan mama ku. "Kamu udah makan Rub?" tanya papaku. "Belom pah, sengaja nungguin papah mamah" jawabku senang. "Emm, gimana kalo kita makan bersama di luar saja?" ajak mamaku. "Tapi apa papah sama mamah ngga capek? Kan baru aja pulang" usulku, aku takut mereka kelelahan. "Ya engga dong cantik, ayo kamu siap-siap dulu" lanjut papaku. Aku pun senang sekali bisa makan malam bersama, kuganti bajuku dan segera turun ke lantai bawah, kami pun berangkat ke salah satu restoran di bilangan bintaro sektor 7. 

Selama perjalanan sampai makan malam, papa dan mama terus saja bertanya tentang kegiatanku saat ini, kuceritakan tentang sekolahku, tentang GOD juga. Mereka seperti tak percaya mendengar GOD sudah tampil dimana-mana, "Maka nya lain waktu papa sama mama liat aku tampil dong" ucapku meyakinkan mereka. Terjalin keakraban antara aku, papa, dan mama hari ini. Ya aku harap malam ini adalah awal yang baik bagi harapanku. Keesokan harinya papa juga mengantar aku sekolah, iya rela mengundur jadwal meeting nya, aku mendengar tentang ini saat papa menjawab telfonnya. Sudah 4 hari ini papa yang mengantar dan menjemputku sekolah. Papa memang berniat untuk ini jika ada waktu. Papa juga berniat untuk memesan tiket holiday ke Eropa bersama, mungkin menunggu aku liburan sekolah. 

Hari ini hari sabtu, aku ada ekskul di sekolah, sebenarnya lebih ke arah berkumpul bersama GOD sih. Oh iya, mengenai berita aku dan Ka Romi, sudah seminggu ini aku menghadapinya. Aku menjawab iya setiap pertanyaan, aku juga sering makan di kantin berdua dengan Ka Romi. Sebenarnya hal seperti itu sudah sejak lama aku lakukan, makan di kantin berdua, berangkat dan pulang bersama. Tetapi semua jadi heboh begini karena pengakuan asal Ka  Romi itu. So far so good lah, aku tidak merasa terganggu juga dengan pengakuan Ka Romi itu. Atau aku senang ya ? Wah aku tidak tau. Aku sulit menggambarkan perasaanku. Emm, kalau boleh jujur aku sedikit merasa bangga bisa menjadi pacar 'palsu' Ka Romi dengan mudahnya. Banyak sekali teman-temanku yang ingin bertukar posisi denganku. Aku juga, yaa bisa dibilang nervous jika dekat Ka Romi, aku tak tahu sejak kapan. Dia sangat perhatian denganku, aku jadi takut salah mengartikan perhatian ini. "Ruby" panggil sesorang dari belakangku. Aku menoleh dan benar itu Ka Romi. Aku menghampirinya, "Apaan ka?". "Pulang sama siapa nanti?" tanyanya. "Wah aku belum tau kak, tadi sih rencananya mau dijemput sama papa, soalnya aku, mama, sama papa mau ke GI" jawabku. "Oh cieee udah baikan nih ceritanya, syukur deh Rub gue seneng dengernya. Hahaha cuma lu jadi jarang pulang sama berangkat bareng gue deh" ucap Ka Romi sambil senyum senyum. Aku membalas dengan tawaku, "Haha Ka Romi, main aja kali ke rumah kalo kangen" ledekku padanya, "Yaudah kak nanti gue kabarin pulang sama siapa. Kalo ngga dijemput boleh kan minta anterin Ka Romi?" lanjutku manja. "Boleh lah rub, emang itu yang pengen gue tawarin" balas Ka Romi tersenyum. Yaampun sungguh tampan Ka Romi itu, apalagi saat ia tersenyum. 

-Np : Geregetan by Sherina- one minute ago via twitter for blackberry. 

Aku menelfon papah untuk menanyakan tentang jalan bersama ke GI, papa bisa menjemput aku. "Iya pah, tadinya kalo ngga bisa, aku mau minta anterin Ka Romi" ucapku di telfon, papa memang tau kedekatan aku dengan Ka Romi, sebagai kaka dan adik tentunya. "Oh Romi?" aku mendengar papa kaget mengucapkannya, "Kenapa pah?" tanyaku. "Oh engga Rub, papa kayaknya ngga bisa jemput kamu deh, papa harus nyelesain tanda tangan berkas nak. Kita ketemu di GI aja, gimana?" ralat papa, ternyata dia tidak bias menjemputku. Aneh, padahal tadi bisa, setelah aku sebut nama Ka Romi mendadak jadi tidak bisa. Huh Ka Romi, dari nama saja sudah bikin repot. Aku pun menyetujui usulan papa untuk bertemu di GI langsung, tebak aku minta anterin siapa? Jawabannya sih sudah pasti Ka Romi. Segera ku calling dia untuk mengantarku ke GI. 

Aku masuk ke dalam mobil Ka Romi, setelah melewati banyak celotehan sepanjang jalan, "Cieee dijemput gitu si Ruby, envy ah guee", "Awet kayaknya nih Romi sama Ruby", "Keep romantic ya", dan "Ruby, biar lu ngga jadian beneran, tetep aja elu di cap sebagai pacarnya Ka Romi, I envy with you, you know?" yang ini, Mei yg berkata. Aku menceritakan sandiwara ini hanya kepada Mei, sahabatku. Seperti biasa dia iri sekali denganku, hampir marah malah. "Hahah I know kok. Yang pentng kan lu tau gue ngga jadian beneran" balas ku pada Mei. "Iya sih Rub. Tapi kalo andaikan beneran gue ikhlas deh Rub sekarang, gue liat kalian emang cocok" ucap Mei lagi. "Enak aja lu Mei, usul ditolak" balasku dan tertawa. "Abis diwawancara ya? Sori ya Rub, gara-gara gue lu jadi kerepotan gitu di sekolah, belom lagi wall di fb, mention twitter,  wah" ucap Ka Romi sambil mengemudi mobilnya.  "Haha iya ka, santai aja kali, kalo dibawa enjoy juga ngga kerasa kok pada banyak yang nanya gitu" balasku menghibur Ka Romi, kasian juga dia jadi merasa bersalah padaku. "Coba beneran ya rub" samar-samar aku mendengar Ka Romi berkata seperti itu, eh bener ngga ya? Sepertinya aku salah mendengar. "Hah? Apa kak?" tanyaku memastikan. "Coba beneran Rub" tak kusangka Ka Romi mengulang ucapannya tadi, aku benar dan tidak salah dengar. Kalau begitu maksudnya apa? Apa Ka Romi benar-benar… "Eits Ruby, jangan yang aneh-aneh mikirnyaaa" kelakku akan pemikiranku sendiri, pastinya cuma diucap dalam hati ya. Aku tidak berani bertanya apa-apa lagi pada Ka Romi. Huuffft, thanks ka lu berhasil bikin gue dag dig dug. 

-I don't understand about your heart, but I will- one minute ago via twitter for blackberry. 

Aku hampir sampai di GI, ingin cepat keluar dari mobil ini, aku benar-benar kikuk harus bicara apa. Ka romi juga tidak bicara apa-apa lagi. Tiba-tiba papaku menelfon, "Sampai mana rub?" tanya papa. "Emm, udah mau sampe kok pah, aku langsung kemana nih ?" jawabku. "Oh kamu ke Grandma's house aja ya, kita makan dulu. Ajak Romi juga ya, ngga enak masa cuma disuruh anterin kamu, bye Rub" papa langsung mematikan telfon. “Tuh kan aneh lagi” gerutuku dalam hati. "Emm ka, diajak papah sama mamah makan bareng juga, jangan nolak" ucapku pada Ka Romi, sulit juga memulai perckapan disaat suasana hening begini. "Oh ya? Ngga ganggu gue Rub? Itu kan reuni keluarga lu" tanyanya. "Enggalah ka, lu kan udah kayak kakak gue. Jadi lu juga keluarga gue" balasku pada Ka Romi. Ka romi hanya tertawa ringan. Papa dan mama sudah terlihat dari sini, aku pun bertanya pada Ka Romi, "Ka, menurut lu keluarga gue bakal bahagia ngga?" Lagi -lagi Ka Romi tertawa, "Pertanyaan bodoh Ruby. Saat ini kalian udah bahagia ya" jawabnya. Aku tersenyum mendengar pendapat itu, ya semoga saja. 

Ka Romi memang tidak asing lagi bagi keluargaku. Jadi, makan siang pun berjalan biasa saja. Ternyata benar, papa bertemu om dan tante Wijaya di singapur kemarin, ini papa sendiri yang bercerita pada kami. "Oh jadi selama papa sibuk, kamu ditemenin Ka Romi ya Rub?" tanya papa padaku, nada pertanyaannya kok seperti meledek ya? Aku yang sedang makan pun jadi menoleh kearah papa, "Ya begitulah pah, kadang pulang sekolah bareng, kadang aku juga main ke rumah Ka Romi. Abis sepi di rumah" jawabku apa adanya. papa tertawa ringan, kemudian berkata padaku, "Sepi di rumah atau kamu memang ingin bertemu Ka Romi?". "Hah? Kok bisa sih papah punya pikiran begitu?!! Benar kan firasatku bahwa pertanyaan sebelumnya itu meledek" gerutuku dalam hati, aku segera menjawabnya degan asal, "Yeee gimana bisa kangen kalo di sekolah ketemunya ka romiiiii terus. Udah aaah papah ganti topik" rengekku malu. Semuanya pun tertawa, senang berhasil membuatku kikuk. Termasuk Ka Romi, tawanya, ckckck, jahat kau Ka. "Iya iya, papa dan mama senang kok kalian dekat, dalam arti apapun yaa" ucap papa meledekku lagi. Aku memonyongkan mulutku, Ka Romi seperti biasa hanya tertawa, kemudian ia menatapku, apa maksudnya ya? Aku merasakan bahwa itu ada artinya. "Jadi kalau papa tidak ada lagi, papa tenang kamu ada yang nemenin" lanjut papa. Aku yang sedang minum tiba-tiba pun tersedak, suasana berubah menjadi tegang kurasa. -Kalau papa tidak ada?- Maksudnya meninggal? Ini kan baru awal kebahagiaan kami, kok papa sudah berpikir seperti itu siiiiih! Kulihat mama langsung menatap ke arah papa, tatapan mama yg lembut ke arah papa mengisyaratkan sesuatu. "Kamu jangan berpikir yg macem-macem Ruby, maksudnya papa tidak ada itu misalnya sibuk di luar negeri, atau pulang larut malam" kini mama yang berbicara. Huufft aku tersenyum seketika, aku lega ternyata bukan seperti yang kupikirkan maksudnya. Aku kan masih ingin holiday kesana-kemari dengan kalian. Kami pun harus segera pulang, sudah pukul 2 siang. Ingin rasanya tak mengakhiri makan siang ini, indah sekali hari ini. Haha, tapi kan besok masih banyak cerita indah, aku yakin. "Berarti rencana kita ke Eropa itu harus ngajak Romi, om dan tante Wijaya ya Rub?" tanya papa kepadaku di depan Ka Romi dan mama. Aku berusaha santai menjawab pertanyaan ini, "Yaa boleh tuh pah, biar rame, kan makin seru" Papa, mama, dan Ka Romi hanya tersenyum menanggapinya. Ada satu hal yang aku yakin kebenarannya, papa sedang berusaha mendekatkan aku dengan Ka Romi, entah apa alasannya aku tak tau. Terlihat jelas dari posisi dudukku yang diatur di samping Ka Romi, pembicaraan yang terus meledekku, sampai rencana liburan dengan usul mengajak keluarga Ka Romi. “Hahaha papaaa, aku dan Ka Romi hanya sebatas kaka dan adik kok, aku saja tidak suka dengan Ka Romi selain sebagai kaka, ya aku yakin mencoba yakin tentang ini, aku tidak suka Ka Romi selain sebagai kaka. Ingin kuucapkan kalimat tadi, tapi jangan ah. "Om, tante, boleh ngga Ruby pulangnya sama saya? Ngga enak sendirian di mobil om, tan" tanya Ka Romi tiba-tiba, heran banget deh Ka Romi masih berani nanya seprti itu, padahal aku -dan juga Ka Romi- sudah diledeki habis-habisan. Papa dan mama tertawa, "Ya boleh aja lah Rom, om tau kok" papa menjawab "Makasih om,tante. Tapi saya ngga ada maksud apa apa kok" ucap Ka Romi lagi sambil tersenyum kikuk. "Jaga Ruby ya nak" papa berkata, dan Ka Romi menjawab dengan kalimat yg pasti. Hentikan semua ini dong, aku jadi makin serba-salah nih kalau dekat Ka Romi. 

-Yeah, i'm sure that i don't love you- less than a minute ago via twitter for blackberry. 

"Ka Romi makasih ya" ucapku saat mobil sudah sampai di halaman rumahku. Ka Romi tersenyum, "Kenapa lu yang makasih Rub? Kan gue yang ngajak" jawabnya, "Yaudah sama sama deh" lanjut Ka Romi lag karena aku tidak menjawab ucapan sebelumnya. Aku membuka pintu mobil, tetapi tiba-tiba Ka Romi memegang lenganku, "Rub". Aku menoleh kearah tangannya yang memegangi lenganku, "Ada apa ka?” Ka Romi melepaskan lenganku, "Ngga ada apa apa kok, ya udah kamu mau turun kan? Bye Rub" ucap Ka Romi seperti orang yang bingung. "Oh ya udah ka, bye jugaa" balasku hangat. Setelah mobil Ka Romi tak terlihat dari rumahku lagi, barulah aku masuk ke dalam rumahku. Tuhaaan, aku jadi ragu akan keyakinanku tentang perasaanku pada Ka Romi, cinta memang tidak terduga, tapi apakah ini juga berlaku untuk Ka Romi? Seseorang yang sudah kuanggap seperti kakakku sendiri? 

-And now, I just want to know about my feeling. I'm confused- one minute ago via twitter for blackberry. 

To be continue at part 5 . . .
By : Bunga Mentari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar