Keesokan harinya papa selalu ingin mengantarku sekolah, tapi jelas aku menolaknya, "Anterin aja uang-uang papa yang segar itu". begitupun esoknya, esoknya, dan esoknya. Aku stress, aku bingung, aku malas pulang ke rumah, keadaannya memuakanku, tapi aku tak tahu harus kemana, ini masih hari sekolah. Lamunan membuat aku tidak konsen untuk apapun, dan sepertinya orang-orang disekitarku menyadari perbedaanku, terutama Ka Romi, kaka terbaikk. Orang yang selalu ada di sampingku disaat apapun, "Ruby, gue sedih kalo liat lu sedih, lu adik yang selalu ngehibur gue, tapi kenapa lu jadi gini?" tanya Ka Romi, suaranya langsung menenangkanku, tapi pertanyaan seperti itu malah membuatku menangis lagi. "Hidup gue ngga seberuntung kaka, kaka enak keluarganya harmonis, aku tuh kayak anak ngga diinginkan di rumah". "Gue ngerti Rub, sekarang lu mau kayak gimana? Tell me your wish" tanyanya lagi. Aku berpikir sejenak, mungkin ada baiknya juga mencurahkan semuanya pada Ka Romi, siapa tahu aku jadi lebih lega, "Aku mau keluarga aku kumpul ka, nonton tv bareng, makan malam bareng, seengganya sama dengan keluarga lain deh" ucapku, tapi benar itu yang kuinginkan. "Emm oke, sekarang gue tanya, lu mau engga wish lu jadi kenyataan? Ada satu peluang nih" tanya Ka Romi. Aku hanya mengekspresikan wajah bertanya. "Kamu harus kasih kesempatan ke papa kamu, mungkin sikap dia kemarin itu usaha memperbaiki keluarga kamu. Coba deh kamu terima ajakan papa kamu berangkat bareng, jalan bareng" saran Ka Romi. "Aku capek ka" keluhku pada Ka Romi, aku nyaman disamping dia. "Coba dulu sayang, biar kita tau hasilnya, ya?" pinta Ka Romi lembut sekali. "Tapi kaka bantu aku ya? Aku takut" ucapku akhirnya setelah beberapa saat. "Pasti dong, kan gue yang nyaranin" ucap Ka Romi tersenyum manis. "Oke deal"aku pun bertosan dengan Ka Romi. Secara tidak sadar banyak juga yang melihat kearah aku dan Ka Romi di taman tadi, hehe agak bangga juga ada disamping Ka Romi ternyata. Aku pun menyetujui usulan Ka Romi, ada benarnya juga kurasa.
Kusambut pagi ini dengan semangat, berharap pagi ini adalah awal dari kebahagiaan keluargaku. Kuturuni anak tangga satu per satu, langsung aku menuju ke ruang makan di dekat taman rumah. Sontak aku kecewa akan hasil yg ada, meja makan sepi tanpa penghuni, hanya ada susu, roti, dan ya uang di meja. Aku berjalan gontay menuju parkiran, Pak Mamat sudah menunggu. "Ah udahlah Rub, besok juga masih bisa dicoba, fighting!" aku mencoba menyemangati diriku. "Oh iya beh, nanti jangan pulang ya, tungguin bentar di parkiran sekolahku, aku cuma mau jemput temen-temen aja di sekolah, abis itu kita mau ke ji expo beh" ucapku pada Pak Mamat. "Oh siap Non, hari ini tampil lagi Non?" tanya Pak Mamat sambil serius mengemudi. "Iya nih Pak, doain ya biar sukses" seruku tersenyum. "Wah Non kan selalu sukses". Aku hanya tertawa menanggapi Pak Mamat barusan.
Sesampainya di sekolah aku langsung mencari GOD di kantin sekolah, tidak membutuhkan waktu lama, ya itu dia mereka. "Hai GOD, ayo kita berangkat, gue minta anter Pak Mamat kok" ucapku semangat. "Nah bagus itu Rub, ngga mood gue bawa mobil hari ini" sahut Clara leader GOD yang memang sedikit malas. "Oh iya jangan lupa ya buat Mei lu tampil 2 kali, gantiin Saras di dance kedua, tadi pagi dia calling gue,katanya sakit" lanjut clara."oh yaudah, tapi kasih tau gue posisinya Saras" jawab Mei. "Udah kan? Ayo berangkat. Kita harus regis ulang dulu" ajakku pada GOD. Kami pun berangkat menuju Ji Expo, hari ini adalah pensi salah satu SMA internasional di Jakarta, jadi kita diminta mengisi opening acaranya. "Mba GOD udah dateng ya" ucapku pada salah satu panitia petugas regis ulang. "GOD ya? Oke langsung ke ruang 9 ya, kalian bisa latihan dulu, tapi kalo udah kami panggil segera ke bawah panggung ya" instruksi panitia pensi. Aku mengangguk tersenyum padanya. GOD pun berlatih di ruang 9, mengatur posisi dan alternatif gerakan karena dua orang tidak bisa hadir. Dengan kostum bertema putih sama, kami GOD siap tampil.
Satu yang membuat aku kaget adalah Ka Romi hadir disana, merekam perform GOD. Hahaha baik benar tetanggaku ini. Selesai perform aku langsung menghampiri Ka Romi yang sudah di depan ruang 9, "Ciee GOD tampil langsung rame, congrats yaa" puji Ka Romi. "Haha iya dong ka, thanks ya udah dokumentasiin" jawab Rani dan Vani bersamaan. "Sama sama, ya udah gue balik yaa, mau les jam 3-an" pamit Ka Romi pada semuanya. Ya ampun padahal dia ada les nanti, masih disempetin aja nonton GOD. "Mau bareng ngga Rub?" lanjut Ka Romi. "Engga usah Ka, mau nyari sesuatu dulu sama GOD" balasku. "Oke, bye semuanyaa" pamit Ka Romi dengan tawa renyahnya. "Bye kakaa" sahut GOD.
Karena Pak Mamat tidak aku minta menunggu, kami pun ke Grand Indonesia menggunakan taksi. Aku hanya bersama Mei didalam taksi, "Rub, lu ada firasat ngga sih kalo Ka Romi suka sama lu? Secara dia care banget sama lu" ucap Mei tiba-tiba. Aku pun kaget, tidak pernah berfikir seperti itu sebelumnya, "Hah? Enggalah Mei, perhatian Ka Romi sama gue sebatas kaka ade yaa, wajar kali, kita saling kenal udah 10 tahunan". "Ah tapi menurut gue engga tau Rub, dia kayak suka sama lu. Tapi ngga tau deh juga deh". Begitulah Mei, dia yang berkomentar dia sendiri yang bingung. Aku jadi sering tidak menanggapi Mei jika sudah bingung. Tapi by the way, itu semua memang impossible, Ka Romi begitu karena tahu aku sedang (apa selalu ya?) ada masalah.
Agenda GOD adalah mencari sepatu high heels putih 7 cm yang sama, sedikit susah karena kami membeli dalam jumlah banyak dan harus sama. Tapi itulah GOD, selalu punya bintang keberuntungan. Sekarang saja kami sudah mendapatkan sepatunya, haha. Karena sudah dapat, kami pun pulang ke rumah masing-masing. Aku membelikan satu buah kemeja untuk Ka Romi, entah mengapa saat aku lihat kemeja ini, aku jadi ingat Ka Romi. Papa mama belum pulang, kemana sih mereka sebenarnya? Apa aku telfon aja ya? Nomernya yg mana tapi? Masih sama seperti 5 tahun lalu? Saat aku sangat dekat dengan mereka, terutama papa, aku sangat menyayanginya. sayang itu dulu. Aku ingin seperti dulu lagi, ku klik nomor papa dan ya tersambung, "Maaf nomor sedang sibuk, ada pesan yang bisa ditinggalkan?" aaaarrgh itu bukan papa, itu pesan yang sudah diatur oleh papa untuk menjawab penelfonnya. Ya ampun susahnya memperbaiki keadaan 5 tahun lalu. Ah daripada sibuk menunggu telfonku diangkat papa, lebih baik aku main ke rumah ka romi, sepertinya dia sudah pulang les.
"Assalamualaikum" kuucap salam sambil mengetuk pintu rumah Ka Romi. Pintu pun dibukakan oleh seorang wanita paruh baya, Bi Husna. "Ka Rominya ada Bi?" tanyaku pada Bi Husna. "Eh Non Ruby, ada kok Non baru aja pulang. Masuk aja ke kamarnya" jawab Bi Husna. "Oh gitu, makasih ya Bi" aku pun langsung naik ke lantai atas, tempat kamar Ka Romi berada. Huufft, untung saja Ka Romi tidak mempunyai pacar, kalau punya bisa habis aku karena mengunjungi Ka Romi malam minggu begini. Pintunya terbuka, tapi sepertinya tidak ada Ka Romi. Benar Ka Romi tidak ada di kamar, sekarang aku sudah ada di dalam kamarnya. kemana dia? Aku memutuskan untuk menunggu saja di dalam kamarnya. Wah ternyata Ka romi penggermar komik ya, banyak sekali koleksinya, "Eh ada komik Everytime I See You, waah Ka Romi ngga bilang nih punya komik ini" kuambil komik itu, "Lebih baik aku membaca deh sambil nungguin Ka Romi". Tiba-tiba aku menemukan sebuah kertas di antara halaman 2 dan 3, "Eh kertas apa nih?". Aku pun membuka lipatan kertas itu, "Romi, kamu tau kalau om ini..." , "Ruby? Ngapain lu? Itu apaan yg lu baca?" tanya Ka Romi yang benar-benar mengagetkanku, kulipat lagi kertas itu, dan kusisipkan lagi ditempatnya semula. Aku tertawa pada ka romi, "Ehehe engga ka, gue juga ngga tau kertas apaan, gue engga baca kok, tenang. Tapi palingan juga surat cinta dari fans lu". "Sok tau deh. Eh jawab lu ngapain disini? Mau malem mingguan bareng gue?" balas Ka Romi percaya diri. "Yee apaan sih kak. Gue bosen kan dirumah, Sepi kayak kuburan, ya gue kesini aja, ngga ada yang marah kan gue kesini?" tanyaku. "Engga ada lah" jawab Ka Romi. Aku pun memberikan kemeja yang tadi kubeli, "Oh iya ka, nih gue beliin kemeja". "Hah dalam rangka apaan? Perasaan ulang tahun gue masih lama banget deh" Ka Romi terlihat kaget. Haha iya sih aku sendiri bingung mengapa membelikan kemeja ini. "Ya ngga papa, cuma tadi pas liat kemeja ini di GI, aku inget kaka" jawabku apa adanya. "Cieeeilah Ruby, tapi thanks yaa" Ka Romi menjawab sambil tertawa, senyum senyum melihat kearah kemeja. "Oh iya, lu udah makan Rub? Temenin gue makan yuk? Bi husna udah masak tadi, sayur sop kalo ngga salah" ajak Ka Romi. Aku pun mengiyakan saja, karena aku sangat ingin makan sayur sop buatan Bi Husna, enaaaak sekali. Sambil makan, aku dan Ka Romi terus saja mengobrol, dan seperti biasa bahan obrolan tidak pernah habis, mengalir begitu saja.
Aku dan Ka Romi kembali ke kamarnya, aku menjatuhkan diri di tempat tidur Ka Romi, "Oh iya ka, kamar lu berantakan tauu" komentar ku setelah melihat secara keseluruhan kamar ini. "Buku dimana-mana, dvd dimana-mana, ckckck" lanjutku. "Biarin ajalah Rub, yang penting tempat tidurnya kan rapi, jadi dibuat tidur enak" sahut Ka Romi beralasan. "Ah elu kak, gimana kalo kita beresin? Aku bantuin deh" ajakku menawarkan jasa. "Males" jawab Ka Romi singkat. Aneh deh, padahal untuk kamar dia sendiri, eh malah malas. Aku bangkit dari tempat tidur, menggelayuti lengan Ka Romi, "Ayolaah Ka, biar kamar lu bagus" rayuku. "Yayaya?" aku tersenyum meledek. "Hadeh Ruby, repot deh lu. Yaudah ayo ayo" Ka Romi akhirnya menyetujui. Aku dan Ka Romi pun mengambil alat-alat kebersihan dari gudang belakang dan bergegas kembali ke kamar Ka Romi. Kami berbagi tugas, Ka Romi yang mengelap barang barang berdebu dan mengepel lantai, aku yang menyapu dan menata ruangannya. Waw lihat dong setelah semuanya selesai, kamar Ka Romi berubah menjadi rapi, melebihi kamarku malah. Tapi lihat dampaknya, aku lelah sekali sekarang, kusandarkan tubuhku di pinggir sofa. Tapi tidak untuk Ka Romi. Aku lihat dia masih semangat saja, semangat menghabiskan nasi uduk di piringnya. "Hooaaam" aku menguap, huh ngantuk sekali aku.
"Loh gue dimana nih? kayaknya ini bukan tempat tidur gue" ucapku sambil melihat sekelilingku. Tapi aku sadar sekarang ada dimana, aku masih di rumah Ka Romi, di kamar Ka Romi, di tempat tidur Ka Romi. Oh my God baik sekali diaa, rela mengalah demi aku. Kulihat Ka Romi masih tertidur di sofa. "Loh bukankah semalam aku yang bersandar di sofa? Mengapa jadi Ka Romi? Dan aku yg di tempat tidur?" aku bertanya tanya sendiri, tapi itu tak lagi kupikirkan. Lagipula aku masih malas sekali untuk bangun, jadi aku tetap berbaring di tempat tidur. Kubuka handphone ku, oh one misscalled -papah-.
one message -papah-.
-Ruby ada apa? Maaf papa tadi ada meeting nak. Papa senang kamu menelfon papa-.
Segera kubalas sms itu, kan niatku ingin mengembalikan keadaan 5 tahun lalu.
-Ngga papa kok pah, aku cuma kangen sama papah. Mau ngajak jalan bareng. Papah dimana?-.
Oh ya, ternyata papaku sedang ada di Singapur, menemui rekan bisnisnya. Ya aku harap papah cepat pulang. Aku bangun dari tempat tidur, ingin mengambil air putih dan sarapan, sekalian untuk Ka Romi juga. Pasti Bi Husna sudak menyiapkan. "Pagi Bibi" sapaku hangat pada Bi Husna yang benar, sedang menyiapkan sarapan. "Pagi Non Ruby, mau sarapan duluan? Ayo silakan" ucap Bi Husna. "Oh engga Bi, aku boleh engga bawa sarapannya buat aku sama Ka Romi ke atas?" tanyaku. Bi Husna tersenyum padaku, "Ya boleh atuh Non, bibi sih terserah Non aja". "Makasih ya Bi. Emm, Tante sama Om Wijaya dimana Bi? Aku belum liat dari kemarin". Tanyaku sambil mulai mengambil nasi goreng untukku dan Ka Romi. "Loh Non belum tau ya? Kan tuan sama nyonya lagi di Singapur, dari 2 hari yg lalu deh" jelas Bi Husna padaku. "Wah kok sama ya seperti mama papa? Ah mungkin cuma kebetulan" ucapku dalam hati. "Oh ya udah deh Bi, aku ke atas ya" lanjutku pada Bi Husna dan segera menaiki tangga.
To be continue at part 3 . . .
By : Bunga Mentari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar