Tok tok tok, kudengar ketukan pintu kamarku, siapa sih? Menghancurkan rencanaku saja untuk bangun siang, semakin aku bangun pagi, makin banyak hal yang kupikirkan tentang kemarin. "Masuk ajaa, ngga dikunci" ucapku dengan suara yang parau karena efek baru bangun tidur. Pintu memang sudah kubuka dengan remote otomatis. Aku melirik siapa yang datang, berharap mama atau papaku. Tapi ternyata, Bibi yang datang ke kamarku, "Non ngga sekolah? Ini kan sudah jam 7 Non?" ucapnya khawatir. "Engga Bi, aku pusing banget" jawabku. "Ya ampun Non sakit? Bibi ambilkan kompresan ya?" ucap Bibi dengan nada makin khawatir. Aku terseyum padanya, "Ngga usah Bi, aku cuma butuh istirahat kok. Bibi tenang ajaa"."Oh begitu Non. Tapi kalo Non butuh apa-apa, panggil Bibi aja ya" Bibi berkata, terlihat sekali ia menyayangiku. Aku mengangguk padanya, "Oh iya Bi, papa dan mama udah pulang?" tanyaku penuh harap akan jawaban iya. Bibi menggeleng dan memberi tahuku bahwa ia pun belum mendapat kabar, "Kalo begitu Bibi keluar ya Non" pamit Bibi padaku. Aku hanya terseyum. Kemana lagi mereka? Aku takut kebersamaanku dengan papa dan mama akan hilang seperti sebelumnya. Padahal aku baru saja menikmati semuanya, bahkan belum satu bulan. Tapi papa kan sudah berjanji untuk tidak meninggalkanku lagi, jadi tidak mungkin papa bohong. Ya, aku harus yakin. Aku harus percaya sama papa. Mungkin saat ini papa benar-benar sibuk, nanti kalau sudah ada waktu luang, pasti papa dan mama akan pulang atau paling tidak menelfonku. Aku melepaskan satu beban pikiranku, karena aku percaya akan janji papa padaku.
Aku bangun lagi di siang hari, sekitar pukul 1 siang. Aku rasa aku lebih baik sekarang. Kutengok ke arah meja di samping tempat tidurku. Ternyata benar dugaanku, pasti Bibi meletakkan makanan untukku. Segera kuhabisi makanan itu, dan menenggak habis satu gelas susu. Ya ternyata sistem otakku sudah berfungsi kembali, buktinya sekarang aku sudah lahap makan lagi. Kuletakkan piring dan gelas di atas mejaku. Kini aku beralih pada handphoneku, yang sejak kemarin malam aku nonaktifkan. Setelah sinyalnya sempurna, barulah sms berdatangan, notif bbm, notif twitter, dan misscalled. Kucek satu-persatu. misscalled : 1 meirisya , 2 ka romi. bbm : ka romi, mei, dan clara, hanya ku read ketiga-tiga nya. semua serempak menanyakan, "kenapa lu ngga masuk Rub?". Notif twitter kuabaikan. Dan skrng sms, waw ada 10! 3 dari mei, 3 dari ka romi, 1 dari rani, 1 dari saras, 1 dari vani, isinya juga serempak, "Rub kenapa ngga masuk?" dan juga ocehan, "Rubiiii balees", tak kubalas satu pun, aku terlalu malas untuk membalasnya sekarang. Aku menguap, bosan juga dikamar terus. Aku menuju ke kamar mandi yang terletak di kamarku sendiri, sekedar membasuh muka dan sikat gigi, agar terlihat fresh. Kukeringkan wajahku dengan handuk, lalu kugunakan sandal hangatku yang berbentuk babi itu. Kupasang headset di telingaku untuk mendengarkan lagu-lagu dari Ipodku. Aku menuju pintu kamarku, kubuka handle pintu dan segera menuruni tangga. Aku pergi ke taman rumah dan duduk di saungnya. Taman ini indaaaah sekali, berbagai macam bunga ada di sini, dengan warna yang berwarna-warni pula. Pandanganku beralih pada ayunan di sudut taman. Melihat itu, aku jadi teringat akan masa kecilku bersama Ka Romi. Bermain ayunan bersama, berlari-larian di taman, dan Ka Romi juga pernah memasangkan cincin bermata mawar merah ke jari tanganku. "Wah, aku rindu sekali akan saat-saat itu, andaikan bisa terulang" ucapku dalam hati, dan aku jadi tersenyum sendiri.
"Heh, ngelamun aja lu" ucap seseorang di sampingku, membuyarkan semua kenanganku. Aku menoleh ke samping dan mataku sontak terbelalak, Gawd! Ka Romi! Mau apa diaa?! Melihat dia membuatku teringat lagi akan kejadian kemarin!! "Kenapa lu ngga masuk Rub? Sakit? Tadi gue buru-buru banget pulang sekolah, pengen ke rumah lu" ucap Ka Romi lagi sambil menoleh kearahku. Wajahku yg tadinya tersenyum karena membayangkan masa kecil, kini kuganti dengan ekspresi marah. Kulepas headset dari telingaku. Aku berdiri dan berjalan dengan langkah cepat meninggalkan Ka Romi. "Ruby, kenapa sih lu?" teriak Ka Romi dan ia menahan lenganku. Aku melepaskan lenganku dari tangan Ka Romi, "Ka Romi pulang aja ya, bete gue" seruku singkat dengan nada datar. Kulihat ekspresi Ka Romi yang bingung, kutinggalkan ia dan segera aku kembali ke kamar. Kubanting pintu kamarku, huufft syukurlah Ka Romi tidak mengikutiku lagi. Kujatuhkan diriku di atas tempat tidur, dan segera membuka handphoneku, aku butuh Mei sekarang juga, ada yang salah pasti. Mengapa ka romi seperti tidak tahu apa-apa? Bahkan ia tidak menyinggung tentang mengapa aku ada di Plaza Indonesia kemarin.
Baru saja kubuka handphone, sudah ada 2 sms, 1 sms dari Ka Romi -Rub, ada masalah apa sih? Jujur gue ngga ngerti apa apa. Dan sebenernya tadi ada yang mau gue ceritain ke lu-, "alah paling cerita tentang cewek kemarin itu" ucapku sinis menanggapi sms Ka Romi. 1 sms dari mei. Mei? Kebetulan sekali dia sms duluan, -Rub, kalo Ka Romi ke rumah lu, lebih baik lu ngga usah ketemu, daripada lu sinisin dia. Ka Romi ngga tau apa apa kalo lu marah. Kemaren waktu lu pulang dari PI, Ka Romi langsung sms gue nanyain lagi apa kita disana. Gue cuma jawab kita lagi nyari baju. Lebih baik besok lu masuk-. Huh sial benar ka romi, benar-benar tidak peka terhadap orang yang sudah dikenalnya sejak 10 tahun lalu. Pokoknya aku tetap marah sama Ka Romi, dia jahaaat!
Aku terbangun subuh-subuh, ya hari ini aku harus pergi sekolah, aku tidak boleh bolos lagi. Namun, hal pertama yg aku lakukan setelah bangun tidur adalah memeriksa handphone ku. Aku menghela nafasku, hasilnya tidak ada. Papa mamaku belum menghubungiku. Aku memutuskan untuk membawa mobilku sendiri ke sekolah. Di sekolah, Mei tidak membahas tentang hal kemarin lagi, dia tau aku benci akan hal itu. Ka Romi juga terus menghampiriku, mencoba untuk menanyakan apa yang terjadi padaku. “Heran deh, kalau dia mau tau aku kenapa, tanya dong sama orang lain. Kan ngga lucu banget kalo aku yang ngasih tau, helooo!” kesalku dalah hati. Hari-hari selanjutnya juga sama seperti itu, hidupku belum ada perubahan, ini sudah hari ke-7 dan aku belum mau bicara pada Ka Romi. Orang-orang menyangka aku dan ka romi putus. Banyak cewek-cewek yang terlihat senang dan tertawa-tawa, ih ganjen banget sih! Aku juga belum mendapat kabar dari papa dan mama. Kenapa ya waktu nya bisa bersamaan? Disaat aku mendapat kebahagiaan dari papa mama, aku juga mendapatkannya dari Ka Romi. Dan disaat aku kehilangan semuanya dari papa mama, aku juga kehilangan dari Ka Romi. Tuhaaan, tolong aku.
"Rub" ucap Mei saat pelajaran Fisika, ia duduk di sampingku memang. Aku menjawab, "Iya Mei?". "Rub, lu yakin ngga mau maafin Ka Romi? Kasian dia tau" ucap Mei berhati-hati. "Engga mau gue. Dia aja ngga minta maaf, malah banyakan nanya gue kenapa" sahutku cepat. "Ya tapi dia kan ngga tau masalahnya apa. Lagian juga gue bingung sama lu, Ka Romi salah apa sih? Setelah gue pikir-pikir dia ngga punya salah sama sekali Rub" ucap Mei. "Coba deh lu pikir dulu salah dia apaan" lanjutnya. Aku berpikir sejenak, mencari apa kesalahan Ka Romi. Dia jalan dengan cewek lain tanpa izinku. Loh, buat apa dia izin denganku? Aku kan bukan siapa-siapanya dia. Dia tidak menceritakan cewek itu kepadaku. Tapi, itu kan bukan kewajiban dia untuk bercerita padaku. Siapa tau itu privasi dia. Baru sekarang aku mencoba memikirkan tentang ini, dan hasilnya aku justru bingung seperti Mei, mengapa aku marah ya? Bahkan sangat marah? "Tuh kan lu ngga bisa nemuin jawabannya. Ruby Ruby, ini sih emang jelas bukan salah Ka Romi. Tapi elu nya yang cemburu, elu merasa perhatian ka romi beralih ke cewek selain elu. Terbukti kan sekarang apa perasaan lu ke dia?" Mei berkata lagi, terlihat jelas ia sangat yakin dalam mengucapkannya. Aku hanya diam mendengar itu semua. Apa benar aku suka dengan Ka Romi? Rasanya itu tidak mungkin deh. Tapi mengapa aku harus marah saat dia dekat dengan cewek lain? Aku jadi merasa bersalah pada Ka Romi. Dia yang jelas tak bersalah, tapi justru aku yang marah-marah padanya.
-RT @meirisya: @rubyprakoso and now you know, how your feeling. you love him :-)- one minute ago via twitter for blackberry.
Aku mencoba menghubungi papa. Ya, setelah 1 minggu lebih aku menunggu kabar ini, hari ini harus kupastikan apa maunya mereka. Mau kembali seperti dulu? Dipekerjakan oleh uang-uangnya? Silakan. Dan inilah yang aku benci dari mereka, nada sibuk yang aku dapatkan, akhirnya aku meninggalkan pesan suara, “Kalau sampai malam ini kalian belum kasih aku kabar, aku anggp semua balik seperti dulu, jujur aku sangat kecewa" Kuletakkan handphoneku di atas meja belajarku. Aku ingin ke dapur untuk mengambil minum. Tetapi tiba-tiba handphoneku berbunyi, papa is calling. Waw! Pesan suara ku cepat sekali dirensponya. Kuangkat dan terdengar suara papa, "Ru-Ruby, papa minta ma-maaf ya terlam-lambat hubungi kamu" kok suara papa terbata-bata ya? Ada apa sih?. "Pah? Papah ngga papa? Tenang pah, jangan panik gitu" ucapku untuk menenangkan papa. "Papa ngga papa kok Ru-Ruby. Pa-pa sedang ada keper-lu-luan di Singapur nak. Pa-pa belum bisa pu-lang sayang" ucap papa dengan suara yg pelan sekali, aku menjawabnya, aku jadi sedih mendengar suara papa, "Ya udah ngga papa pah. Yang penting papah jaga kesehatan yaa, Ruby sa..." tut, tut, tut. Telfon terputus saat aku sedang bicara, yaampuun. Tapi sudahlah, yang penting aku tahu papa dan mama ada di mana, dan yang terpenting mereka tidak ada maksud mengabaikanku lagi. Ka Romi. Nama itu tiba-tiba melintas di pikiranku. Heemmm, aku jadi kangen Ka Romi. Apa aku minta maaf saja ya? Lagi pula dia kan tidak bersalah padaku.
Akhirnya aku pergi untuk menemui Ka Romi di rumahnya, bagaimana pun hubunganku dengan Ka Romi harus baik seperti dulu, biarpun dia sudah bersama cewek lain. Tok,tok,tok. Kuketuk pintu rumah Ka Romi. Sesorang membukakan pintu, siapa itu? Sepertinya aku baru melihat cewek ini. "Hey Ruby, long time no see" sapanya hangat dan sepertinya ia mengenalku. Aku mencoba mengingat wajahnya, dan ya! Aku ingat siapa diaa. Cewek ini adalah sepupu Ka Romi, namanya Ka Marissa. aku biasa memanggilnya Ka Icha. Sudah lama sekali aku tak bertemu dia. Sudah 6 tahun yang lalu. "Hey Ka Ichaa, miss you so much. Kemana aja nih?" tanyaku dengan semangat. Jarak aku dan Ka Icha sekitar 2 tahun. Terakhir bertemu, aku, ka icha, dan ka romi masih bermain pasir bersama lo. Ka icha tertawa, "Iya nih. Aku kan kuliah di Australi, jadi baru bisa ke Jakarta kalo lagi liburan aja. Kayak sekarang ini deh contohnya", "Eh nyari siapa Rub?" lanjutnya bertanya padaku. "Oh iya ka sampe lupa, aku mau nyari Ka Romi. Adakan dia?" jawabku. "Wah dia ngga ada Rub. Lagi les, biasa deh anak kelas 3" ucap Ka Icha. "Ya udah kamu tunggu aja di kamar nya, palingan bentar lagi Romi pulang" lanjutnya. "Oh iya bener, aku ke kamar Ka Romi aja deh. Thank you ka" ucapku dan tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar