Sabtu, 07 Januari 2012

WISH COMES TRUE [1]

Hai guys, kali ini gue mau posting cerita nih. Cerita ini akan terbagi jadi 4 part, baca semuanya dan jangan lupa comment yaaa. Thanks youu :)

CAST RISYA

Kuarahkan pandanganku seluas mungkin pada lapangan di hadapanku, “Nah itu diaaa” seruku gembira dalam hati. “Relliya, Relliyaaa” sahutku memanggil sahabatku yang sedari tadi sedang kucari-cari. Relliya menoleh kearahku, “Apaan Ris?” tanyanya dengan wajah yang kesal. “Rel lu kenapa? Ayo pulaaaang” ucapku padanya. Relliya memainkan bola matanya, “Lu pulang duluan aja deh, gue masih ada urusan di sekolah” jawabnya singkat dan ia langsung pergi begitu saja tanpa mendengar jawabanku terlebih dahulu. Aku menunduk lemas, ada apa sih dengan Relliya? Biasanya dia selalu mengajakku ke setiap urusannya, mengapa sekarang tidak? “Mungkin ini privacy dia, huuuh” ucapku meyakinkan diriku sendiri. Aku pun berjalan gontay menuju gerbang sekolah. Sekarang yang kuingin hanya ingin cepat-cepat sampai di rumah.
 CAST RELLIYA
 
“Huuuuh, gila lega gueee udah bisa ngehindar dari Risya” ucapku sambil menghela nafasku panjang. “Gimana Rel? Si Risya udah balik? tanya Putri padaku. Aku mengangguk, “Udah kok udah, tadi gue liat dia keluar gerbang sekolah”. “Tapi dia ngga curiga kan?” tanya Ayu cemas. “Percaya deh sama gue, si Risya ngga bakal mikir sejauh ini. Dia kan ngga suka mikir yang berandai-andai gituu” jawabku yakin karena aku memang tahu kebenarannya seperti itu. “Eh udah eh cepetan, kalo lu lu pada masih pada ribet kapan mau mulai ngerencanainnya nih?” seru Stevent tak sabaran. Aku dan teman-teman lainnya sontak menoleh kearah Stevent, kami pun tersenyum serempak meledek Stevent, “Hahaha iyadah Stev, mentang-mentang rencana buat Risya aja harus bener banget” sahut Ayu menimpali sorak sorai teman-teman. Kulihat Stevent tersipu malu, wajahnya juga ikut memerah, “Udah ah udah ayo cepetan” serunya berusaha mengalihkan tawa kami semua. Namun akhirnya kami pun mulai membicarakan rencana untuk Risya besok, tidak ada salahnya bukan mengerjainya sebelum memberikan kejutan di hari ulang tahunnya ? Setelah melalui pembicaraan panjang kami pun sudah mendapatkan cara terbaik untuk mengerjai Risya, “Yaudah, jadi lu Rel sama Putri sama Ayu juga, abis ini ke rumah Bu risti certain semua rencana kita. Gue yakin dia bisa kok diajak kerja sama. Terus bilang Bu Risti marahin si Risya, pake usulannya si Putri aja tuh” ucap Stevent menyimpulkan hasil rapat, “Terus gue minta Ayu ntar malem sms si Risya, usahain tiap kalimat sms lu bisa bikin dia nangis Yu” kini Stevent bicara pada Ayu. “Ada tambahan ngga nih?” tanya Stevent pada semuanya. Aku segera mengambil alih untuk bicara, “Oh iya besok jangan ada yang ngucapin ulang tahun ke Risya, pura-pura lupa. Biar gue, Caca, sama anak-anak tampang alim aja yang ngucapin” seruku menambahkan. “Okee” Jawab teman-temanku serempak. “Udah kan ngga ada yang ditanyain lagi? Kalo gitu bubaaar, sukses yaa” Ucap Stevent menutup rapat rencana ulang tahun Risya. Kami pun keluar dari ruangan kelas itu, dan mulai menjalankan tugas masing-masing.

CAST RISYA

Aku menghempaskan tubuhku di atas tempat tidur, “Aaaaarrgh ada apa sih hari ini? Relliya jutek banget sama gue. Stevent juga apalagi tiba-tiba ketus gitu” seruku berteriak sekeras mungkin. Aku benar-benar bingung mengapa teman-temanku mendadak seperti ini, sepertinya aku tidak melakukan sebuah kesalahan fatal. “Eh Ris berisik amat lu. Kenapa sih lu?” ucap kakakku sambil duduk di atas tempat tidurku. “Ih kaa, pada ngejauh sama gue semua gini ya, gue bingung kenapa” jawabku menjelaskan pada kakakku. “Alaah paling pada mau ngerjain lu ulang tahun Ris”. “Iya kalo kayak gitu, tapi gue rasa bukan karna ituu, juteknya pada alami semua ka. Gue sih ngga mau mikir kalo gue bakal dapet kejutan, kalo ngga ada malah gue sendiri yang kicep” seruku putus asa. Kakakku menatapku sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, “Iya juga sih, mana gue lagi bbm-an sama Stevent Ris” ucapnya lesu. Aku sontak bangun dari posisi tidurku, “Apaan kak katanya?” tanyaku penasaran. Kakakku menggelengkan kepalanya, “Sorry deh gue ngga bisa kasih tau lu kalo tentang ini, gue ngga mau lu denger kabar ini dari gue” ucapnya dan pergi meninggalkan aku yang masih tidak mengerti. “Aaaaaah ada apaa sih?” rengekku tak berdaya, jujur aku takut sesuatu yang buruk akan terjadi padaku.

CAST RELLIYA

“Iya jadi gitu bu, pokoknya ibu marah-marah aja sama Risya bu, bilang aja kenapa nyuruh ngerjain Cuma 5 soal” ucapku menjelaskan pada Bu Risti yang mulai mengerti maksud rencana kami. “Oh iya Ibu coba ya Rel, memangnya sebenarnya siapa yang nyuruh ngerjain 5 soal? Kan ibu mintanya 25 soal” tanya Bu Risti kepadaku. Aku tersenyum lebar kepada Bu Risti, “Si Relliya lah bu siapa lagi yang berani nyuruh kelas kita” sahut Putri sebelum aku sempat mengaku. “Hahaha iya bu abis banyak bu, capek kalo banyak-banyak” jawabku membela diriku sendiri. Tapi inilah yang aku sukai, Bu Risti adalah guru baik yang belum pernah memarahiku, Bu Risti juga tertawa mendengar keramaian antara aku, Ayu, dan Putri. “Haha iya udah ngga papa. Besok ibu coba semaksimal mungkin ya” ucap Bu Risti. Setelah mengucapkan terima kasih kami pun pamit dari rumah Bu Risti, Ayu berbaik hati mengantarkanku dan Putri sampai ke depan SMPN 179, sekolah kami. “Haha Bu Risti emang bener-bener asik diajak kerja sama ya” seru Ayu senang. “Hahaha emang iya Yu” timpalku dan kami pun meluncur pulang.

CAST STEVENT

Aku sangat exited memainkan sandiwara ini. Bagaimanapun juga Risya tetaplah sahabatku yang paling enak untuk dikerjai. Eitts, dia sahabatku atau lebih ya? Hahaha, aku juga tak tahu kalau tentang itu. Sempat aku tidak tega melihat raut wajahnya yang kebingungan saat aku jauhi di kelas tadi, tapi mau diapakan lagi? Sandiwara ini harus berhasil sampai endingnya. Kucek hpku dan kulihat Ka Amelia, kakaknya Risya mengirimkan bbm untukku.

Amelia : Stev, Risya bener-bener kebingungan sekarang. Kasian dia lagi pusing mikir kenapa lu sama Relliya jauhin dia
Stevent : Serius dia ngga nyadar sama sekali kak? Terus ekspresi dia waktu tadi lu bilang kita lagi bbm-an apa?
Amelia : Engga ya, dia emang gitu sih anaknya, lemot, hahaha. Mati penasaran dia, cemas juga kayaknya dia.
Stevent : Hahaha emang lu ngomong kayak gimana kak?
Amelia : Ya gue bilang aja gue lagi bbm-an sama lu, tapi gue ngga bisa nggasih tau dia karna gue ngga mau dia denger kabar ini dari gue, gituu
Stevent : Hahaha keren kaa, kabarin terus ke gue ya tentang si Risya

Percakapan pun berakhir, tapi aku masih saja terus tertawa membayangkan Risya sekarang. Risya, Risya, sabar yaa.

CAST RISYA

Aku terbangun dari tidurku yang gelisah, aku bingung mengapa tidur juga menyebabkan lelah seperti ini. Kuputuskan untuk pergi ke dapur dan mengambil air putih. Lagi-lagi dua orang itu muncul di pikiranku, aku tidak bisa berhenti cemas memikirkan sikap mereka padaku hari ini. Bagaimana jika aku telah melakukan sebuah kesalahan? Pasti aku sangat menyakiti mereka. Apa aku sms mereka saja ya? Tapi bagaimana kalau tidak dibalas? Aku justru akan makin cemas lagi. “Tuhaaaan, harus apa akuu?” tanyaku dalam hati, aku benar-benar bingung. “Ah lebih aku mengirimkan sms untuk mereka, dibales atau ngga sih urusan nanti. Yang jelas aku harus memastikan apakah aku melakukan kesalahan atau tidak” ucapku pada diri sendiri dan kukirim sms untuk Stevent. Sudah kuduga, hasilnya nol untuk Stevent. Pesanku tidak dibalas olehnya, kurasa dia benar marah padaku, apa karena aku terlalu over meledekinya dengan Minzi? Ah kurasa tidak. Kusampingkan segala sesuatu yang berhubungan dengan Stevent, kini aku harus focus pada Relliya, semoga dia membalas smsku, “Relliya kasih gue sedikit ketenangan dooong” ucapaku pasrah sambil mengirim sms untuknya.

CAST RELLIYA

Betapa penatnya aku melihat tumpukan soal biologi untuk OSN besok, ah betapa sialnya aku tidak bisa ikut mengerjai Risya, semua karena OSN Biologi memang. Tapi jika besok aku ada di kelas, semua rencana akan gagal total. Kualihkan pandanganku dari tumpukan soal latihan biologi menuju dua buah jaket putih kembar yang tergantung rapi di dinding. Ya, aku akan memberikan satu jaket putih itu untuk Risya, dan yang satu lagi untukku. Itulah jaket persahabatan kami. Nanti yang membedakan hanyalah bordiran nama dibagian depan sisi kiri jaket. Sekarang yang membuat aku bingung, dimanakah tukang bordir yan bisa menuliskan huruf-huruf hangul Korea ini ? Wish me luck.

CAST STEVENT

“Halo Rel” sapaku pada Relliya melalui telepon. “Iya kenapa Stev?” jawab Relliya di ujung sana. “Katanya mau ada cake yang ada potongan bawangnya?” tanyaku. “Emang bakalan ada, beli sono Stev di toko d’almond, cepetan ini udah jam 7 yaa” jawabnya mengusulkan padaku. “Ah gue ngga ngerti yang kayak gitu, malah salah beli lagi gue. Elu aja deh Rel”. “Yeee enak banget lu kalo ngomong, gue aja lagi ribet nyari tukang bordir. Gue juga ngga ta cakenya kayak apa” kudengar nada bicara Relliya marah-marah. “Ayolaah lu aja yang beli Rel di toko d’almond, kan lu tau tempatnya, lu harapan satu-satunya nih” seruku merayu Relliya, aku yakin di ujung sana pasti Relliya kesal sekali. “Dibilang gue ngga tau cakenya kayak apa” jawabnya mencari alasan. “Reel lu tinggal ambil doang di d’almond, bilang aja pesenan atas nama Stevent. Gue tadi udah telfon tokonya buat mesen itu kuee”. “Laaah lu itu lu tau yang dipesen yang mana?” tanya Relliya kebingungan. Disini aku justru tertawa terbahak-bahak, “Actually gue tau Rel, tapi gue males ngambilnya. Bye Reeel, jangan lupa diambil, thanks yaa” kututup sambungan telepon dan melajutkan tertawa lagi. Hahaha, biar kesal seperti apa, kue itu pasti diambil juga oleh Relliya.

To be continue at part 2, see you . . .
By : Bunga Mentari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar