CAST RELLIYA
“Ih tapi Stev gue, eh halo haloo Stev?”, “Aaaah kok dimatiin sih ni anak ? Rese banget” gerutuku kesal karena sambungan telepon diputus tiba-tiba oleh Stevent. “Emang dasar males aja nih anak” lanjutku marah-marah sendiri. Kalau sudah begini, mau tak mau aku harus mengambil pesanan kue itu juga. Aduuuh bagaimana dong ini? Tempat bordir saja belum ketemuuu. Kurasakan hpku bergetar lagi, “Aaaah siapa lagi sih?” seruku malas. Oh ternyata itu bukan getar tanda telepon masuk, melainkan tanda sms masuk. Dan yang mengirimkan aku sms adalah Risya. Kubaca sms darinya dan aku pun justru tertawa terbahak-bahak. Hahaha, jadi Risya benar-benar takut aku marah dan sama sekali tidak menganggap ini adalah bagian untuk kejutannya? Persis seperti dugaanku. Kuputuskan untuk membalas sms Risya karena aku tidak mau membuatnya terlalu sedih sekarang, klimaksnya nanti pukul 8 malam oleh Stevent.
CAST RISYA
Hari ini adalah hari yang penuh akan kesabaraan menunggu bagiku, lihat saja sekarang, sudah pukul 8 malam lewat begini, Ayu belum juga memberikan aku kabar. Tapi aku cemas juga sih, masalahnya kabar ini menyangkut alasan Stevent menjauh dariku. Kira-kira kabar ini baik atau buruk ya? Apapun itu tetap saja aku harus siap mendengarnya. Kring Kring, bunyi yang ditunggu-tunggu pun datang, segera kubuka pesan itu, dari Ayu
Ayu : Iya sih Ris dia emang lagi sengaja ngejauhin lu. Kalo karena apanya lu siap dengernya?
Aku : Ah Ayuuuu, kenapa sih? Gue takut banget sebenernya, gue takut sahabat gue pada menjauh dari gue. Apapun alesannya gue harus tau
Ayu : Stevent ngejauh dari lu karena dia lagi galau banget. Dia bingung harus milih siapa Ris, elu atau temen gerejanya Neysa
Aku : Hah serius? Stevent lagi suka sama cewek lain? Kenapa harus ada yang dipilih ayuuuu
Ayu : Bukan suka lagi Ris, tapi dia udah sayang banget sama Neysa. Kedudukan elu sama Neysa bener-bener imbang di hatinya Stevent, itu yang bikin dia galau mau milih siapa. Tapi katanya dia mau mutusin male mini Ris, berdoa aja yaa
Aku : Pasti dia milih Neysa ituu, ah Ayuuu
Ayu : Gue ngga tau sayaang, ntar gue kabarin lagi deh ya
Aku : Iya Ayu, kabarin yaa, buruk atau baik pokoknya kabarin guee
Kukirim sms terakhir itu untuk Ayu, dan kurasakan tanganku bergetar hebat, aku sangat takut mendengar pilihan Stev itu. Ini tentang perumpamaan, bagaiamana jika dia memilihku? Haruskah aku senang atau sedih karena dia telah menyayangi orang selain aku? Dan bagaimana caraku untuk menghilangkan rasa sayangnya kepada Neysa? Sanggupkah aku bersama Stev yang sudah dibayang-bayangi oleh Neysa? Tapi bagaimana jika yang terjadi adalah sebaliknya, dia memilih Neysa dibanding aku, bagaimana sikapku dihadapannya? Haruskah aku menyucapkan selamat? Atau aku harus menangis agar dia tahu seberapa sakitnya aku? Tuhaaan, pikiranku penuh akan kata bagaimana, aku tak bisa memprediksinya. Tak lama kemudian, aku pun mendapatkan jawabannya, dari sumber terpercaya yang kutahu takkan berbohong, Ayu.
Ayu : Ris, Stevent udah jadian sama Neysa
Handphoneku jatuh begitu saja dari genggamanku. Kurasakan tubuhku mulai melemas dan perlahan jatuh ke lantai. Ya, aku jatuh ke lantai. Air mata juga ikut jatuh membasahi pipiku, membasahi lantai karena aku hanya bisa menunduk. Hatiku terasa hampa dan kosong namun seperti ditimpa beban yang berat sekali. Dulu aku pernah meragukan ucapan seeorang, ia berkata bahwa saat kita patah hati nafas pun akan terasa sangat sulit. Kini aku tahu aku salah, aku percaya padanya sekarang, karena sesungguhnya itulah yang aku rasakan. Nafasku sulit, mataku menangis, hatiku hampa, dan pikiranku melayang tak karuan. Apa lagi yang dapat aku perbuat sekarang? Semuanya sudah berakhir.
CAST STEVENT
Kuterima kembali laporan dari Ka Amelia, seru sekali membaca bbm yang satu ini
Amelia : Steeeev, lu apain adek guee? Dia beneran nangis guling-guling di kamar
Stevent : Serius parah banget kak nangisnya? Kayak gimanaa?
Amelia : Yang gue tau pokoknya hpnya tiba-tiba jatoh terus dia ikutan jatoh, eh nangis si Risya. Dia langsung naik ke atas tempat tidur dan nutupin mukanya pake bantal. Tapi biarpun udah ditutupin suara tangisannya maih kedengeraan
Stevent : Woy gilaa! Rencana gue berhasil totaaal! Klimaksnya dapet berarti ka, hahaha
Amelia : Iya sih, tapi gue kasian liatnya yaa
Stevent : Yaudah ngga usah diliatin ka, hahaha thanks kaa
Aku bersorak gembira mengetahui respon Risya setragis itu, ini artinya semua berjalan sesuai rencana. Tapi disisi lain, aku masih punya sedikit rasa takut, bagaimana jika Risya benar-benar marah karena terlanjur sakit hati? Dan lalu dia tidak mau memaafkanku? Ah kuharap jangan sampai seperti itu. Aku ikut terdiam sekarang, kasian Risya, “Ris maafin gue yaaa, gue jamin besok akan ada penghapus semua tangisan lu kok, gue janji” lirihku dalam hati berharap Risya akan baik-baik saja.
CAST RISYA
Aku terbangun dari tidur panjangku. Kuingat kejadian semalam, uh sangat menyedihkannya aku. Kupegang bagian wajahku yang dekat dengan mata, terasa air mata yang telah menjadi kering. Aku segera mencari cermin dan mulai mengamati diriku. Betapa buruknya penampilanku hari ini, aku sangat lusuh. Wajahku pucat dan lemas, mataku membengkak, kantung mataku timbul, dan yang terparah adalah daerah sekitar mataku menghitam. Ya, ini semua tepat untuk menggambarkan seberapa sakitnya diriku karenanya. Segera kuambil es batu dan kubalut dengan kain lembut. Kutatap wajahku lagi di cermin, “Risya Risya happy birthday, fighting, fighting!” seruku mencoba menyemangati diriku sendiri, dan aku mulai mengompres bagian di sekitar mataku.
CAST STEVENT
“Eh eh semuanya yang ada di kelas ngumpul deh” seruku saat aku baru saja tiba di kelas, untunglah Risya belum datang. “Kenapa Stev?” tanya Bisma dan juga lainnya. “Hari ini kan Risya birthday, gue sama beberapa orang di kelas ini udah nyiapin kejutan, tapi sebelumnya gue pengen ngerjain dia dulu” ucapku menjelaskan. “Iya rencananya kayak gimana?” tanya Danu. “Oh iya jadi kalian ikutin aja semua yang gue lakuin, misalnya ngompor-ngomporin Bu Risti biar marah sama Risya, terus jangan ada yang ngucapin ulang tahun ya, beberapa aja”. Semuanya mengangguk mendengar penjelasanku, “Satu lagi, kalian sok sok heboh maintain gue PJ aja ya, Risya taunya gue udah jadian sama cewek lain soalnya, oke oke?” lanjutku. “Oh oke sip Stev” jawab teman-temanku serempak. “Eh eh Risya dateng tuuuhh, balik ke tempat semula, rileks ajaa” seruku dan semua teman-temanku langsung berhamburan kembali ke tempat duduknya. Risya datang, kuperhatikan terus setiap langkahnya sampai di tempat duduknya. Terlihat jelas dari wajahnya bahwa ia kurang tidur dan sangat lelah, aku pun tertawa ringan melihat kepolosan Risya itu, “Risya, Risyaa” ucapku dalam hati. “Woy Steev” panggil seseorang dari arah belakang. Aku menoleh dan ternyata itu Danu, “Apa?”. “Sok sok-an ngga tau lagi. PJ luuuuu” jawab Danu dengan sangat yakin. Sempat kumelirik kearah Risya, sungguh terbaca ekspresinya bahwa ia ingin mendengarkan pembicaraan ini. kuperkeras suaraku, “Hahaha, apaan sih lu Nuuu, ngga ada PJ PJ-an kecuali Riza, oke kan Riz?” ucapku dan melanjutkan berbicara pada Riza, teman sebangkuku. “Yoi Stev, sabar ya Nuu” jawab Riza balik meledek Danu. “Oh gitu yaa lu berdua, anak mana pacar lu Stev?” tanya Danu lagi. “Anak Tarakanita, ngga bakal tau luu. Namanya Neysa. Kapan-kapan gue kenalin deh, tapi jangan ada yang suka yaa” jawabku dan tersenyum ringan. Kualihkan pandanganku dari teman-teman di belakarang, dan saat itulah secara tidak sengaja mataku dan mata Risya bertemu pandang. Mata itu yang memberitahuku bahwa Risya sangat tidak berdaya
CAST RIYSA
“Anak Tarakanita, ngga bakal tau luu. Namanya Neysa. Kapan-kapan gue kenalin deh, tapi jangan ada yang suka yaa” ucap Stevent kudengar menjawab pertanyaan Danu. Terlihat sekali bahwa ia sangat bangga akan Neysa. Mungkin aku masih bisa menerima tentang Stevent dan Neysa bersama, tapi bisakah Stevent sedikit menghargaiku dengan tidak menyebut kata Neysa dihadapanku? Aku sangat kecewa padanya. Tak sengaja aku bertemu pandang dengan Stevent, aku tidak menghindar, sengaja kutatap matanya agar ia tahu perasaanku. Dan tiba-tiba saja Stevent dikerumuni teman-teman satu kelas, “Cieee Stevent selamat yaa”, “Long last ya”, “kenalin kapan-kapan” itulah ucapan-ucapan yang datang untuk Stev. Aku gerah melihat semuanya, mengapa mereka lebih peduli dengan kabar jadian Stev dibanding aku yang berulang tahun hari ini? “Arrrrrggh” aku menggeram kesal dan kutinggalkan ruangan kelasku.
To be continue at part 3, see you . . .
By : Bunga Mentari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar