Sabtu, 07 Januari 2012

WISH COMES TRUE [4]



CAST STEVENT

“Apa maksud semua ini? Jadi yang tadi itu? Aaaarrrrgggh Risya babooo” ucap Risya gemas akan dirinya sendiri. Aku tertawa sendiri melihat sikap Risya seperti itu, ia memarahi dirinya sendiri, hahaha. “Risya, kok diem aja sih? Kejutan dari kita garing ya? Yaah, kita nyiapinnya susah nih Ris” tanya Ayu dengan nada yang memelas. Risya memasang wajah bosannya, “Gue speechless Ayuuuuuu, gue ngga nyangka sama sekali bakalan kayak gini. Ide siapa sih? Sukses banget kayaknya?” tanya Risya marah-marah. “Ya Stevent lah Ris, lu gimana sih. Tapi sih Relliya yang paling repot, hahaha” jawab Ayu pasti sambil menunjuk kearahku dengan dagunya. Aku yang ditunjuk pun langsung tertawa tanpa suara. Risya menghampiriku sambil memajukan bibirnya, “Stevent maaaaah jahat banget lu yaaa” rengek Risya sambil memukul-mukul lenganku dengan gemas. Kuraih tangan Risya itu, “Hahaha ampun-ampun Ris, sorry deh sorry. Tapi keren kan? Buktinya bisa bikin lu nangis berapa kali tuh” ledekku seraya tersenyum nakal padanya. Risya menekuk wajahnya, “Keren banget Stev” jawabnya menyindirku, “Eh berarti Neysa Neysa itu bohong kan ya?” lanjut Risya spontan bertanya padaku. Aku terdiam lalu tertawa ringan, “Neysa yang pacar gue itu? Dia sekarang ngga ada, tapi bakalan ada sebentar lagi” jawabku disambut dengan ekspresi terkejut dari Risya. Untunglah Bu Risti segera datang untuk pamit kepada kami semua, “Eh ini kalian masih pada rame aja ya? Ibu pamit ya” ucap beliau ramah pada kami semua. “Risya, ibu minta maaf ya, ibu ngga beneran marah kok sama kamu. Ini ada hadiah dari ibu, mentahnya aja ya” lanjut Bu Risti kepada Risya. Risya hanya tertawa lebar dan mengucapkan terima kasih kepada Bu Risti. Semuanya lalu terdiam sambil melihat Bu Risti yang berjalan keluar. Putri pun memecahkan suasana hening itu, “Eh acara belom selesai, ayooo tarik Risya keluar sekolaah” serunya dan kami semua menarik Risya keluar.

CAST RISYA

“Aaaaah apa maksudnya cobaa? Bau amis deh gueee, belom lengketnya, aaah parah banget” seruku marah-marah pada semua teman-temanku. Mereka baru saja menumpahkan 4 butir telur diatas kepalaku, ditambah 1 bungkus terigu, dan kecap yang menyebalkan itu, rambutku benar-benar lengket dan bau. Belum lagi wajah, baju dan rokku yang ikut terkena semuanya itu. Teman-temanku hanya tertawa, terlebih Stevent yang tertawa paling puas, “Hahaha Ris, lu cantik banget kalo kayak gini, ngga boong deh gue, ahaha” ucapnya meledek penampilanku yang kacau ini. Aku hanya mengerutkan alisku dan memajukan bibirku, sebaaaaal. “Ris, Ris foto dulu Ris, dokumentasi, hahaha” ledek semuanya sambil mengarahkan kamera kearahku. Jujur aku hanya pasrah diperlakukan apapun oleh mereka hari ini. Tiba-tiba Putri datang dengan membawa cake kecil di tangannya lengkap dengan lilin yang menyala, “Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang jugaa” seru semuanya menyanyikan lagu itu untukku. Aku sontak tersenyum haru melihat ini semua, betapa banyaknya surprise yang mereka siapkan untukku. Aku hendak meniup lilin-lilin itu, tapi tiba-tiba Ayu berteriak “Make a wish dulu dooong”. Ayu benar, aku pun menundukkan kepala sambil memejamkan mataku, kupanjatkan harapan terbesarku saat ini. kubuka kembali mataku dan kutiup semua lilin diatas kue itu. “Yeeeey” seru semuanya bersorak, “First cake dong Ris” sahut Rama sekarang. Mendengar kata first cake pikiranku langsung tertuju pada Relliya, sahabat terbaikku. Meskipun ia kini tidak ikut memberiku kejutan, tapi semua ini dialah yang mempersiapkan. Aku tidak kehabisan orang, masih ada satu orang yang ingin sekali kuberi first cake ini, “Stevent yaa” ucapku sambil tersenyum. Semuanya pun bersorak kembali dan meledek kami berdua. Saat aku mengarahkan sendok kue ke mulut Stevent, tanganku diraih oleh tangan Stevent, ia tersenyum dan berkata “Sebelum gue dapet suapan kue ini dari lo, gue mau lo duluan yang dapet suapan dari gue, ya?”. Aku langsung mengangguk begitu saja, kubuka mulutku dan kurasakan keenakan kue ini. Sontak mataku melotot menyadari apa yang barusan kukunyah, “Uweeeeeek” kumuntahkan kue itu secara spontan, “Ini ada bawangnya ya?” tanyaku lemah dan memelas. “Hahahahaha Risya, Risyaa, kena deeh” seru Bisma mewakili kebahagian teman-temanku yang lainnya. “Uweeeek ini apaa, uweeeek” kumuntahkan semuanya yang telah aku makan. Aku segera mengambil minum dari tasku dan minum sebanyak-banyaknya demi menetralkan rasa mualku ini. setelah itu aku langsung menghampiri Stevent lagi yang sedang tertawa sangat puas, “Stevent maaaaaah, dia jahat banget ih” rengekku kesal padanya. Kupukul-pukul lengannya, dan lagi-lagi tanganku diraih olehnya. Stevent menatapku dan mataku pun membalas tatapan itu. Jantungku pun berdebar menyadari bahwa tatapan itu sangat dalam, ya aku sangat merasakannya. Saat aku ingin mengalihkan tatapanku darinya aku tidak bisaa, benar-benar tidak bisa. Mata itu telah mengunci mataku agar tetap berada di matanya.

CAST STEVENT

Oh God, mata itu semakin memberi aku keyakinan untuk mengucapkannya sekarang, apa yang harus aku katakan untuk memulainya? “Risya” ucapku sedikit ragu. “Iya Stev?” jawab Risya dengan matanya yang lagi-lagi makin meyakinkanku. Kutarik nafasku dalam-dalam. Kupengang wajah Risya dan aku pun mulai berbicara, “Risya, gue sayang sama lo. Gue bener-bener sayang sama lo. Gue pengen banget bisa milikin lo Ris”, aku menarik nafasku sejenak “Risya, will you wanna be mine?” ucapku begitu saja, mengalir apa adanya sesuai dengan perasaanku. Kulihat Risya menghela nafasnya secara perlahan, ia menatapku seperti tidak percaya dengan apa yang telah aku ucapkan, apa ada yang meragukan dari ucapanku? Bagaimana jika Risya tidak menerimaku? Oh please no!

CAST RISYA

“Risya, will you wanna be mine?” ucap Stevent yang benar jelas kudengar. Aku sontak terkejut mendengar ucapan Stevent barusan. Tidak mungkin rasanya stevent mengucapkan ini kepadaku. Ada dua kemungkinan, yang pertama mungkin saja Stevent hanya bercanda dan ingin meledekku, dan yang kedua mungkin saja ini mimpi kan? “Risya” ucap Stevent lagi yang membuatku tersadar dari pemikiranku, “Jangan pernah mikir ini mimpi, ini kenyataan Risyaa” seru Stevent seperti mengerti apa yang sedang aku pikirkan. Oh Tuhaaan, ini kenyataan. Stevent memintaku menjadi pacarnya? “Ini serius?” tanyaku memastikan pada Stevent. “Lebih dari serius Ris. Gue butuh jawaban lo” jawab Stevent dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya. Aku terdiam mendengar semuanya, ternyata semua ini benar. Tubuhku mendadak lemas karena jantungku yang terus saja brdebar cepat, nafasku pun menjadi tidak teratur. Apa yang harus aku katakan padanya?

CAST STEVENT

Risya masih saja terdiam tanpa suara meskipun aku telah meyakinkannya bahwa ini kenyataan yang harus ia jawab secepatnya. Oh, bagaimana ini? aku tidak sanggup menerima penolakan dari Risya, orang yang kini sudah terlanjur aku sayangi. “Stevent” panggil Risya. Aku terkejut senang, semoga ada harapan, “Iya Risya?” jawabku cepat. “Gue mau ukur keseriusan lo, boleh?” ucap Risya meminta izin padaku. “Ukur pake apaan sih Ris? Terima aja sih susah amat” sahut Rama gemas yang membuat aku dan Risya sama-sama menoleh kearahnya. Risya sedikit tersenyum, “Emm kalo lu emang beneran serius sama gue, gue mau lu makan cake ini sampai habis” ucap Risya seraya menunjuk kearah cake yang dipegang oleh Putri. Aku tertawa mendengar permintaan Risya ini, mengapa dia lucu sekali? “Ris serius tantangannya Cuma itu? Fine lah Ris” jawabku menyetujui dan dengan cepat kuraih cake itu. Satu kunyahan, dua kunyahan, tiga kunyahan, dan semuanya habis kutelan. Mudah bukan? Aku mengangkat kedua alisku kepada Risya, ia justru tertawa terbahak-bahak, loh ada apa? Aku bertanya-tanya sendiri di dalam hatiku. Sedikit cemas karena takut aku salah bertindak.

CAST RISYA

“Ris serius tantangannya Cuma itu? Fine lah Ris” jawab Stevent yang kusambut dengan anggukan pasti dariku. Stevent langsung mengambil cake dari tangan Putri dan dengan cepat kue itu habis olehnya. Aku hanya tertawa melihat tindakan Stevent itu, seru juga mengerjai orang, hahaha. Aku jadi penasaran, memangnya dia pikir kalau dia tidak memakan kue itu aku akan menolaknya ya? Hey, I’m not stupid girl. Stevent mengangkat kedua alisnya, meminta jawabannya sekarang kepadaku. Aku juga tidak sabar untuk segera menjawabnya. “Hahaha, Stev Stev, mau lu makan cake itu atau engga, jawabannya akan tetep sama Stev, gue pasti bakal nerima lu laaah” jawabku dan semuanya pun benar-benar berakhir dengan sempurna.

CAST RELLIYA

Baru saja aku selesai mengerjakan 100 soal mematikan itu, handphoneku sudah repot bergetar sana-sini, ada apa sih? Tahukah ia bahwa aku baru saja berhasil menghadapi percobaan pembunuhan? Segera ku cek handphoneku agar ia tidak terus bergetar. Oh ternyata ini bukanlah getar panggilan masuk ataupun sms, bukan pula getar pertanda alarm. Getar ini adalah notification 10 new updates dari twitterku. Kubaca satu persatu dan seketika aku pun tersenyum membaca new update terakhir, dari twitter sahabatku @risyasaufaria :
-Make a wish on my birthday, “Tuhan, bisakah hal terbaiknya adalah dia jadi milikku?”. Wish comes true, thanks guys, thanks God, and thanks Stev :’))- one minute ago via Twitter for Android

THE END
Nah ini dia part terakhir dari cerita gue. Thanks ya semuanya yang udah nyempetin buat baca cerita gue ini. Sampai ketemu di cerita gue selanjutnyaaa . . .

By : Bunga Mentari


Tidak ada komentar:

Posting Komentar