Siang ini, pukul 12 aku akan benar-benar
kehilangan papaku. Aku tidak akan pernah bisa lagi memeluk dirinya, bercanda
bersama, dan bermain bersama. Namun aku yakin, masih ada satu hal yng tetap
terjaga. Sosok papa akan tetap ada di dalam diriku, menjagaku, mengawasiku, dan
memperingatiku jika aku salah. Tentang kasih sayangnya ? Aku yakin itu akan
tetap aku rasakan darinya. Sekilas tentang papaku. Papaku adalah sosok yang
dikenal karena sifatnya yang supel dan mengutamakan kepentingan orang-orang
disekitarnya lebih dulu. Papaku mempunyai dua saudara kandung, om Alex, dan om Hutama.
Papa dipercaya oleh kakekku untuk memimpin perusahaan Prakoso Grup, bukan
karena ia anak pertama. Kakekku pernah bercerita padaku, karena dedikasi,
pemikiran, semangat, kebijakan, dan intelektual tinggilah, papaku bisa sampai
pada jabatan tertinggi dalam perusahaan Prakoso Grup. Berkali-kali prakoso grup
mengalami masa-masa kritis, tapi semuanya berhasil dilalui papaku karena
kegigihannya mempertahankan perusahaan itu.
Ia juga sosok yang penyayang pada keluarga. Sejak
aku kecil sampai aku kelas 5 SD, papa selalu menyempatkan diri mengantar dan
menjemputku sekolah, menemani aku bermain di taman rumah, ayunan, kotak pasir,
dan menyirami bunga-bunga. Kami sekeluarga selalu liburan di setiap weekendnya,
menghabiskan waktu bersama sampai tiba akhirnya perubahan dalam diri papaku. Perubahan
ini disebabkan karena keinginan untuk menyembunyikan penyakitnya dariku, aku
baru mengetahui alasan ini satu hari sebelum kepergian papa. Ini yang masih
sulit aku maafkan dari diriku sendiri, membenci papa selama 5 tahun dan
bersikap dingin padanya, bodoh benar aku menyia-nyiakan waktu sebanyak itu. Yang
ada tinggal penyesalan, kini aku sama sekali tidak bisa memutar waktuku
kembali. Tetapi, walau mulanya sangat sulit, sekarang aku sudah berhasil
mengikhlaskannya. Pikirku, semua terjadi pasti atas izin Allah SWT, dan Allah
tidak mungkin salah menggariskan kehidupan seseorang. Aku yakin, ada rencana
indah yang sudah disiapkan Allah untukku setelah masa-masa kesedihan yang
kuhadapi ini. Kurelakan papa pergi dan tenang di alam sana.
Kediamanku sudah padat akan para tamu yang
datang. Kulihat diantaranya ada sanak family, rekan bisnis papa, teman-teman
papa, karyawan, dan juga para sahabatku. Mereka hadir untuk memberiku semangat.
Aku tak heran melihat keadaan yang padat seperti ini, papaku adalah sosok yang
dicintai. Kami berjalan perlahan diataran luasnya makam di sekitar kami,
mengantar jasad papa ke peristirahatannya yang terakhir. Setelah doa dibacakan,
jasad papa diturunkan ke liang lahat. Aku sedih, namun aku tidak lagi menangis.
Karena aku tahu, tangisanku hanya akan membebani papa di sana. Kudengar adzan
dibacakan di telinga papa. Papa telah dimakamkan, para pelayat pun sudah banyak
yang pulang. Disini tinggal ada aku, mama, om dan tante wijaya, ka romi, juga
G.O.D. Mei dan temanku yang lainnya menghampiriku, "Rub, gue turut berduka
cita ya. Gue harap lu bisa terima semua ini dengan ikhlas". Aku terseyum
pada mereka, kuberi jawaban yang menunjukkan aku sudah merelakan semuanya, dan
teman-temanku pamit. Tante Wijaya berdiri dan memelukku, ia berkata padaku,
"Ruby, kamu harus kuat ya. Anggap saja om Wijaya dan tante orang tua kamu
juga. Maafin tante sempet ngerahasiain penyakit papa kamu dari kamu, tante
pamit ya". Aku mengangguk dan berterima kasih pada mereka.
Mama masih menangis terisak, aku mengerti betapa
sulitnya mama menerima kenyataan, bahwa pasangan yang telah hidup bersamanya 20
tahun itu, telah pergi mendahuluinya. Aku memegang tangan mama, "Mah,
mamah harus ikhlas papah pergi, ini semua rencana Allah mah. Kalo mama sedih
terus, aku harus minta perlindungan dari siapa lagi?" ucapku untuk
menyemangati mama. Mama menoleh padaku dan seketika memelukku, "Makasih
nak, kamu harta mamah satu-satunya. Mama akan selalu jaga kamu, mama akan
selalu jaga kamu" ucap mama. "Dan kalo mama sayang sama aku dan papa,
mama harus janji ngga nangis lagi?" aku berkata sambil mengangkat jari
kelingkingku, "Janji?" lanjutku. Mama akhirnya sedikit tersenyum,
menyilangkan jari kelingkingnya di kelingkingku, "Mama janji"
ucapnya. Mama seperti mencari sesuatu dari dalam tasnya, dan ia sepertinya
menemukannya. Dikeluarkannya sepucuk surat entah untuk siapa. "Ruby, ada
satu yang papa tinggalkan untuk kamu, 1 jam sebelum ia pergi. Papa berpesan
pada mama untuk menyampaikan ini ke kamu" ucap mama sambil memberi surat
itu padaku. Aku mengambil surat itu, "Untukku?" tanyaku. Mama
mengangguk dan tersenyum. Mama pamit meninggalkan aku dan Ka Romi, kubuka surat
itu dan kurasakan papa ada di sisiku.
Untuk anak papa tersayang. Sebelumnya papa minta
maaf nak, papa ngga bisa nepatin janji papa di malam itu untuk menemani kamu. Papa
ingin, tapi Allah punya rencana lain nak. Maafin papa juga yang udah
ngebohongin kamu selama 5 tahun tentang penyakit papa ini, jujur niat papa
berbohong bukan untuk nyakitin kamu nak. Justru papa ngga mau membuat kamu
sedih dan memikirkan penyakit papa. Maafin papa yang belum bisa bikin kamu bahagia.
Maafin papa yang ngga bisa jadi ayah yang baik buat kamu. Maafin papa nak. Waktu
antara kita memang ngga banyak nak, tapi percayalah, waktu yang sedikit itulah
yang benar-benar teringat di hati papa. Kamu anak terbaik papa, anak kebanggaan
papa, anak papa yang segala-galanya. Papa mohon kamu jangan menangis ya nak. Perbedaan
antara kita hanyalah masalah dunia nak. Karena sampai kapanpun papa akan tetap
selalu di samping kamu, nemenin kamu walau kamu ngga akan pernah tahu. Papa
sedih jika mengingat semua kebersamaan kita akan hilang sebentar lagi, papa
ngga bisa melihat senyum dan tawa kamu lagi, papa ngga bisa bercanda bareng
kamu lagi, papa ngga bisa memeluk kamu lagi, papa ngga bisa jalan-jalan bareng
kamu lagi, dan papa akan kehilangan semua tentang kamu. Papa yakin, saat papa
menulis surat ini, kamu sedang dalam perjalanan ke Singapur menyusul papa, papa
harap kita bisa bertemu walau hanya sebentar. Tetapi kalau tidak bisa, itu
bukan salah kamu nak. kamu ngga pernah terlambat. Jaga diri kamu ya nak, jangan
pernah mencoba hal-hal yang negatif. Kamu anak hebat, kamu anak pintar. Kamu
harus tetap semangat demi papah. Papah sayang kamu, papa akan selalu kangen
kamu. Ruby prakoso, terima kasih buat semuanya selama papa di dunia, I love you
nak
Aku melipat kembali surat itu, menarik nafas dan
menghembuskannya perlahan, aku harus semangat demi papa! Ya! Aku berucap dalam
hati, kuharap papa mendengarnya, "I love you dad, I'll always miss you
dad. You're never made some mistakes for me. As I know, you are my spirit, you
are my inspiration, and you are my happines. You give me the exprience that
more than everything. Thanks God for your chance for me to feel his love. Once
again, I love you dad, I love you more and more".
-Kita ngga pernah tau kapan api lilin kita akan
padam, hidup ngga ada yang abadi. So guys, please, maanfaatin waktu yang kalian
punya sekarang buat ngebahagiain orang-orang tersayang lu. Sebelum waktunya
terlambat dan cuma menyisakan penyesalan di hati kalian- just now via
blackberry.
To be continue at last part. . .
By : Bunga Mentari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar